Rumination sebagai Indikator Baseline.

Edisi 19, 8 Juli 2020

Neuroscience menemukan bahwa posisi default dari pikiran kita bukanlah fokus pada sesuatu hal, tetapi ruminating, atau bahasa awamnya, ngelamun.  Nah apa isi ruminating kita tampaknya bisa menjadi petunjuk dimana posisi baseline emosi kita.

                Pada saat ruminating, pikiran kita akan ditarik ke arah emosi kita yang dominan.  Emosi negatif mempunyai kekuatan lebih besar dari emosi positif, karena itu bila baseline kita emosi negatif maka pada saat diam, pikiran kita akan lari ke emosi negatif dengan lebih cepat.  Inilah yang menyebabkan orang dengan emosi negatif lebih sulit untuk mem-fokuskan perhatiannya pada hal yang ingin dilakukan.

                Semakin kuat emosi negatif tersebut, semakin kuat ia akan menarik perhatian dan mood kita.  Karenanya sebuah kejadian yang tidak menyenangkan yang baru saja dialami akan membuat kita sulit untuk mengalihkan perhatian kita untuk memikirkan ataupun melakukan hal lain.

                Emosi negatif bisa terkait dengan masa lalu: penyesalan.  Bisa terkait masa kini: kekecewaan, marah, kesedihan yang kemudian dibawa terus walaupun kejadian telah berlalu.  Bisa terkait dengan masa depan: ketakutan, kekhawatiran.  Semakin banyak emosi negatif kita menumpuk, semakin sedikit ruang yang kita miliki untuk mengarahkan perhatian kita.

                Refleksi diri perlu dilakukan dengan memperhatikan apa isi pikiran kita ketika tengah melamun, ketika diam.  Seseorang yang mempunyai baseline happiness yang baik, maka rumination-nya didominasi oleh emosi positif (calmness, optimis, kegembiraan) yang umumnya lebih mudah dijadikan basis untuk fokus kita.

                Karenanya seorang yang mempunyai berbagai emosi negatif yang menumpuk, ketika diam, berbagai emosi tersebut akan mengganggu dia.  Itulah sebabnya orang tersebut mencari berbagai kesibukan untuk mengalihkan perhatiannya.  Walaupun bisa jadi kesibukan itu tidak bernilai.

Leave a Reply

Close Menu